Jumat, 08 April 2011

Algoritma Penjadwalan

BAB I
PENDAHULUAN

Penjadwalan berkaitan dengan permasalahan memutuskan proses mana yang akan dilaksanakan dalam suatu sistem. Proses yang belum mendapat jatah alokasi dari CPU akan mengantri di ready queue.
Algoritma penjadwalan berfungsi untuk menentukan proses manakah yang ada di ready queue yang akan dieksekusi oleh CPU. Bagian berikut ini akan memberikan ilustrasi beberapa algoritma
penjadwalan.



BAB II
PEMBAHASAN

1. FCFS (First Come First Served)
Algoritma ini merupakan algoritma penjadwalan yang paling sederhana yang digunakan CPU. Dengan menggunakan algoritma ini setiap proses yang berada pada status ready dimasukkan kedalam FIFO queue atau antrian dengan prinsip first in first out, sesuai dengan waktu kedatangannya. Proses yang tiba terlebih dahulu yang akan dieksekusi.
Contoh
Ada tiga buah proses yang datang secara bersamaan yaitu pada 0 ms, P1 memiliki burst time 24 ms, P2 memiliki burst time 3 ms, dan P3 memiliki burst time 3 ms. Hitunglah waiting time rata-rata dan turnaround time( burst time + waiting time) dari ketiga proses tersebut dengan menggunakan algoritma FCFS. Waiting time untuk P1 adalah 0 ms (P1 tidak perlu menunggu), sedangkan untuk P2 adalah sebesar 24 ms (menunggu P1 selesai), dan untuk P3 sebesar 27 ms (menunggu P1 dan P2 selesai).
Gambar Gantt Chart Kedatangan Proses

Urutan kedatangan adalah P1, P2 , P3; gantt chart untuk urutan ini adalah:
Waiting time rata-ratanya adalah sebesar(0+24+27)/3 = 17ms. Turnaround time untuk P1 sebesar 24 ms, sedangkan untuk P2 sebesar 27 ms (dihitung dari awal kedatangan P2 hingga selesai dieksekusi), untuk P3 sebesar 30 ms. Turnaround time rata-rata untuk ketiga proses tersebut adalah (24+27+30)/3 = 27 ms.
Kelemahan dari algoritma ini:
1. Waiting time rata-ratanya cukup lama.
2. Terjadinya convoy effect, yaitu proses-proses menunggu lama untuk menunggu 1 proses besar yang sedang dieksekusi oleh CPU. Algoritma ini juga menerapkan konsep non-preemptive, yaitu setiap proses yang sedang dieksekusi oleh CPU tidak dapat di-interrupt oleh proses yang lain.
Misalkan proses dibalik sehingga urutan kedatangan adalah P3, P2, P1. Waiting time adalah P1=6; P2=3; P3=0. Average waiting time: (6+3+0)/3=3. SJF (Shortest Job First) 104


2. SJF (Shortest Job First)
Pada algoritma ini setiap proses yang ada di ready queue akan dieksekusi berdasarkan burst time terkecil. Hal ini mengakibatkan waiting time yang pendek untuk setiap proses dan karena hal tersebut maka waiting time rata-ratanya juga menjadi pendek, sehingga dapat dikatakan bahwa algoritma ini adalah algoritma yang optimal.


Contoh: Ada 4 buah proses yang datang berurutan yaitu P1 dengan arrival time pada 0.0 ms dan burst time 7 ms, P2 dengan arrival time pada 2.0 ms dan burst time 4 ms, P3 dengan arrival time pada 4.0 ms dan burst time 1 ms, P4 dengan arrival time pada 5.0 ms dan burst time 4 ms. Hitunglah waiting time rata-rata dan turnaround time dari keempat proses tersebut dengan mengunakan algoritma SJF. Average waiting time rata-rata untuk ketiga proses tersebut adalah sebesar (0 +6+3+7)/4=4 ms.
Gambar Shortest Job First (Non-Preemptive)

Average waiting time rata-rata untuk ketiga prses tersebut adalah sebesar (9+1+0+2)/4=3 ms.
Ada beberapa kekurangan dari algoritma ini yaitu:
1. Susahnya untuk memprediksi burst time proses yang akan dieksekusi selanjutnya.
2. Proses yang mempunyai burst time yang besar akan memiliki waiting time yang besar pula karena yang dieksekusi terlebih dahulu adalah proses dengan burst time yang lebih kecil.
Algoritma ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Preemptive . Jika ada proses yang sedang dieksekusi oleh CPU dan terdapat proses di ready queue dengan burst time yang lebih kecil daripada proses yang sedang dieksekusi tersebut, maka proses yang sedang dieksekusi oleh CPU akan digantikan oleh proses yang berada di ready queue tersebut. Preemptive SJF sering disebut juga Shortest-Remaining- Time-First scheduling.
2. Non-preemptive . CPU tidak memperbolehkan proses yang ada di ready queue untuk menggeser proses yang sedang dieksekusi oleh CPU meskipun proses yang baru tersebut mempunyai burst time yang lebih kecil.
3. Priority Scheduling
Priority Scheduling merupakan algoritma penjadwalan yang mendahulukan proses yang memiliki prioritas tertinggi. Setiap proses memiliki prioritasnya masing-masing.
Prioritas suatu proses dapat ditentukan melalui beberapa karakteristik antara lain:
1. Time limit.
2. Memory requirement.
3. Akses file.
4. Perbandingan antara burst M/K dengan CPU burst.
5. Tingkat kepentingan proses.

4. Round Robin
Algoritma ini menggilir proses yang ada di antrian. Proses akan mendapat jatah sebesar time quantum. Jika time quantum-nya habis atau proses sudah selesai, CPU akan dialokasikan ke proses berikutnya. Tentu proses ini cukup adil karena tak ada proses yang diprioritaskan, semua proses mendapat jatah waktu yang sama dari CPU yaitu (1/n), dan tak akan menunggu lebih lama dari (n-1)q dengan q adalah lama 1 quantum.
Algoritma ini sepenuhnya bergantung besarnya time quantum. Jika terlalu besar, algoritma ini akan sama saja dengan algoritma first come first served. Jika terlalu kecil, akan semakin banyak peralihan proses sehingga banyak waktu terbuang. Permasalahan utama pada Round Robin adalah menentukan besarnya time quantum. Jika time quantum yang ditentukan terlalu kecil, maka sebagian besar proses tidak akan selesai dalam 1 quantum. Hal ini tidak baik karena akan terjadi banyak switch, padahal CPU memerlukan waktu untuk beralih dari suatu proses ke proses lain (disebut dengan context switches time). Sebaliknya, jika time quantum terlalu besar, algoritma Round Robin akan berjalan seperti algoritma first come first served. Time quantum yang ideal adalah jika 80% dari total proses memiliki CPU burst time yang lebih kecil dari 1 time quantum.

5. Multilevel Queue
Ide dasar dari algoritma ini berdasarkan pada sistem prioritas proses. Prinsipnya, jika setiap proses dapat dikelompokkan berdasarkan prioritasnya, maka akan didapati queue seperti pada gambar berikut:
Gambar Multilevel Queue

Dari gambar tersebut terlihat bahwa akan terjadi pengelompokan proses-proses berdasarkan prioritasnya. Kemudian muncul ide untuk menganggap kelompok-kelompok tersbut sebagai sebuah antrian-antrian kecil yang merupakan bagian dari antrian keseluruhan proses, yang sering disebut dengan algoritma multilevel queue.

6. Multilevel Feedback Queue
Algoritma ini mirip sekali dengan algoritma multilevel queue. Perbedaannya ialah algoritma ini mengizinkan proses untuk pindah antrian. Jika suatu proses menyita CPU terlalu lama, maka proses itu akan dipindahkan ke antrian yang lebih rendah. Hal ini menguntungkan proses interaksi karena proses ini hanya memakai waktu CPU yang sedikit. Demikian pula dengan proses yang menunggu terlalu lama. Proses ini akan dinaikkan tingkatannya. Biasanya prioritas tertinggi diberikan kepada proses dengan CPU burst terkecil, dengan begitu CPU akan terutilisasi penuh dan M/K dapat terus sibuk. Semakin rendah tingkatannya, panjang CPU burst proses juga semakin besar.
Gambar Multilevel Feedback Queue

Multilevel feedback queue adalah salah satu algoritma yang berdasar pada algoritma multilevel queue.
Perbedaan mendasar yang membedakan multilevel feedback queue dengan multilevel queue biasa adalah terletak pada adanya kemungkinan suatu proses berpindah dari satu antrian ke antrian lainnya, entah dengan prioritas yang lebih rendah ataupun lebih tinggi, misalnya pada contoh berikut.
1. Semua proses yang baru datang akan diletakkan pada queue 0 ( quantum= 8 ms).
2. Jika suatu proses tidak dapat diselesaikan dalam 8 ms, maka proses tersebut akan dihentikan dan dipindahkan ke queue 1 ( quantum= 16 ms).
3. Queue 1 hanya akan dikerjakan jika tidak ada lagi proses di queue 0, dan jika suatu proses di queue 1 tidak selesai dalam 16 ms, maka proses tersebut akan dipindahkan ke queue 2.
4. Queue 2 akan dikerjakan bila queue 0 dan 1 kosong, dan akan berjalan dengan algoritma FCFS.
Disini terlihat bahwa ada kemungkinan terjadinya perpindahan proses antar queue, dalam hal ini ditentukan oleh time quantum, namun dalam prakteknya penerapan algoritma multilevel feedback queue akan diterapkan dengan mendefinisikan terlebih dahulu parameter-parameternya, yaitu:
1. Jumlah antrian.
2. Algoritma internal tiap queue.
3. Aturan sebuah proses naik ke antrian yang lebih tinggi.
4. Aturan sebuah proses turun ke antrian yang lebih rendah.
5. Antrian yang akan dimasuki tiap proses yang baru datang.

Contoh: Terdapat tiga antrian; Q1=10 ms, FCFS Q2=40 ms, FCFS Q3=FCFS proses yang masuk, masuk ke antrian Q1. Jika dalam 10 ms tidak selesai, maka proses tersebut dipindahkan ke Q2. Jika dalam 40 ms tidak selesai, maka dipindahkan lagi ke Q3. Berdasarkan hal-hal di atas maka algoritma ini dapat digunakan secara fleksibel dan diterapkan sesuai dengan kebutuhan sistem. Pada zaman sekarang ini algoritma multilevel feedback queue adalah salah satu yang paling banyak digunakan.





BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Algoritma diperlukan untuk mengatur giliran proses-proses yang ada di ready queue yang mengantri untuk dialokasikan ke CPU. Terdapat berbagai macam algoritma, antara lain:
a. First Come First Serve. Algoritma ini mendahulukan proses yang lebih dulu datang. Kelemahannya, waiting time rata-rata cukup lama.
b. Shortest Job First. Algoritma ini mendahulukan proses dengan CPU burst terkecil sehingga akan mengurangi waiting time rata-rata.
c. Priority Scheduling. Algoritma ini mendahulukan prioritas terbesar. Kelemahannya, prioritas kecil tidak mendapat jatah CPU Hal ini dapat diatasi dengan aging yaitu semakin lama lama menunggu, prioritas semakin tinggi.
d. Round Robin. Algoritma ini menggilir proses-proses yang ada diantrian dengan jatah time quantum yang sama. Jika waktu habis, CPU dialokasikan ke proses selanjutnya.
e. Multilevel Queue. Algoritma ini membagi beberapa antrian yang akan diberi prioritas berdasarkan tingkatan. Tingkatan lebih tinggi menjadi prioritas utama.
f. Multilevel Feedback Queue. Pada dasarnya sama dengan Multilevel Queue, yang membedakannya adalah pada algoritma ini diizinkan untuk pindah antrian.

B. Saran
Keenam algoritma penjadwalan memiliki karakteristik beserta keunggulan dan kelemahannya masingmasing. Namun, Multilevel Feedback Queue Scheduling sebagai algoritma yang paling kompleks, adalah algoritma yang paling banyak digunakan saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Masyarakat Digital Gotong Royong (MDGR). 2008. Pengantar Sistem Operasi Komputer : Jilid Pertama. Jakarta : Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia
Avi Silberschatz, Peter Galvin, dan Grag Gagne. 2005 . Operating Systems Concepts. Seventh Edition. John Wiley & Sons.
Moonbase.1991.Scheduling- http://moonbase.wwc.edu/~aabyan/352/Scheduling.html. Diakses 20 Februari 2007.

More...

Senin, 04 April 2011

SOP dan Audit Keamanan

BAB I
PENDAHULUAN

Saat ini teknologi informasi (TI) sudah merupakan bagian yang memegang peranan penting di dunia industri. Banyak kemudahan diberikan oleh teknologi informasi dalam menyelesaikan masalah manusia di bidang industri. Namun di lain sisi, untuk membangun sebuah teknologi informasi yang andal memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Teknologi informasi dalam sektor perusahaan publik dan privat, administrasi publik dan bagian lain sangat rentan pada berbagai ancaman, misalnya virus, serangan hacking pada kegagalan sistem.


Proses bisnis dapat menjadi tidak berjalan dengan baik sebagai akibatnya. Secara periodik, teknologi informasi harus dilindungi agar resiko fungsional tidak menjadi rusak. Dalam implementasinya, biaya akan sangat dibutuhkan dan digunakan seefisien mungkin. Semuanya juga harus proporsional dilakukan berdasarkan
prediksi resiko yang mungkin terjadi
Selain perlindungan terhadap resiko, perlu adanya pemeriksaan terhadap implementasi
perlindungan sercara periodik untuk mengidentifikasi jika terjadi penyelewengan implementasi perlindungan. Hasil dari pemeriksaan ini juga dapat dipergunakan untuk memperbaiki standar implementasi perlindungan di masa mendatang.







BAB II
PEMBAHASAN

1. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP merupakan pedoman kerja bagi setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Dalam SOP itu biasanya diatur ketentuan-ketentuan umum yang berlaku dalam suatu unit kerja, sedangkan ketentuan khususnya diatur sendiri dalam bentuk surat edaran (SE) dari Direksi Perusahaan uang bersangkutan
Secara Garis besar setiap materi dalam SOP terdiri atas:
1. Kebijakan Umum
Kebijakan Umum biasanya terdiri atas :
a. Tujuan
b. Ruang Lingkup
c. Penanggung jawab
d. Hal-hal yang akan diatur dalam kebijakan yang bersangkutan

2. Prosedur
Prosedur biasanya berisi petunjuk pelaksanaan operasional pekerjaan yang dilakukan. Biasanya berupa urutan pekerjaan yang harus dilakukan dan lebih baik lagi jika dilengkapi dengan flow of document serta contoh-contoh format lampiran.
Contoh SOP (standard operating procedure) Post audit Inspektorat bidang kinerja kelembagaan


























































2. AUDIT TEKNOLOGI INFORMASI

Audit sendiri sebenarnya adalah proses pengawasan dan pengendalian. Audit teknologi informasi adalah bentuk pengawasan dan pengendalian dari infrastruktur teknologi informasi secara menyeluruh.
Audit teknologi informasi secara umum merupakan proses pengumpulan dan evaluasi dari semua kegiatan sistem informasi dalam perusahaan itu. Istilah lain dari audit teknologi informasi adalah audit komputer yang banyak dipakai untuk menentukan apakah aset sistem informasi perusahaan itu telah bekerja secara efektif, dan integratif dalam mencapai target organisasinya.

Keuntungan adanya audit antara lain:
 menilai keefektifan aktivitas aktifitas dokumentasi dalam organisasi,
 memonitor kesesuaian dengan kebijakan, sistem, prosedur dan undang-undang perusahaan,
 mengukur tingkat efektifitas dari sistem,
 mengidentifikasi kelemahan di sistem yang mungkin mengakibatkan ketidaksesuaian di masa datang,
 menyediakan informasi untuk proses peningkatan,
 meningkatkan saling memahami antar departemen dan antar individu,
 melaporkan hasil tinjauan dan tindakan berdasarkan resiko ke manajemen.
Informasi audit harus disimpan dan dijaga sehingga sebuah aksi dapat ditelusuri. Data
audit harus dijaga dari modifikasi dan perusakan dari pihak yang tidak bertanggung
jawab.
.


Jenis-jenis audit teknologi informasi antara lain:
 audit sistem; audit terhadap sistem terdokumentasi untuk memastikan sudah memenuhi standar nasional atau internasional,
 audit pemenuhan (compliance); untuk menguji efektifitas implementasi dari kebijakan, prosedur, kontrol dan unsur hukum yang lain,
 audit produk atau layanan; untuk menguji suatu produk atau layanan telah sesuai seperti spesifikasi yang telah ditentukan dan cocok digunakan.

Kesuksesan proses audit tergantung pada hal-hal berikut:
• pemilihan auditor yang tepat,
• persiapan yang matang dan adanya respon,
• adanya laporan yang berarti,
• adanya aksi yang tepat yang diminta oleh auditor.
.
Audit teknologi informasi secara internal meliputi hal-hal berikut:
 acuan di dalam proses audit secara internal,
 kunci obyektif dan kebutuhan;
 global dan independen,
 fokus pada resiko,
 keahlian dalam mengontrol teknologi informasi internal,
 keterlibatan proyek teknologi informasi,
 review secara teratur,
 adanya standardisasi dan review yang dalam,
 rekomendasi,
 teknologi informasi dan pengetahuan,
 koordinasi yang efektif dengan pihak luar dan bagian regulasi,
 aplikasi/infrastruktur koordinasi audit,
 metodologi kerangka kerja;

Area penggunaannya meliputi:
 audit teknologi informasi,
 analisis resiko,
 pengecekan kesehatan (perbandingan keamanan),
 konsep keamanan,
 manual keamanan,

Area-area teknologi informasi yang perlu diaudit antara lain:
Area Keterangan
Manajemen Aspek-aspek keamanan yang relevan dengan perencanaan dan proses operasi khususnya pada bidang teknologi informasi
Organisasi/
Personel Aspek-aspek keamanan yang relevan untuk rekruitmen staf dan pelatihan sesuai dengan aturan-aturan fungsi-fungsi kunci, secara individu didesain pertanggungjawabannya sesuai dengan isu-isu keamanan teknologi informasi

Kontraktor
Eksternal Aspek-aspek keamanan yang relevan dalam seleksi kontraktor eksternal teknologi informasi, mendefinisikan termin kontrak dan kerjasama
Alarm-
Manajemen dan Perbaikan dari Kerusakan Identifikasi dan pemrosesan kejadian-kejadian yang relevan dengan keamanan teknologi informasi. Standar/aturan-aturan, pengukuran perbaikan bisnis untuk teknologi informasi untuk kejadian-kejadian mayor yang mungkin terjadi setelahnya.
Manajemen
Account Manajemen user account
Pusat Komputer dan Layanan Teknologi Informasi Aspek-aspek keamanan yang relevan dari konfigurasi, operasi dan proses backup sistem multi-user dan aplikasi yang berjalan didalamnya
Sistem Proses
Kontrol Aspek-aspek keamanan yang relevan dari arsitektur, konfigurasi, dan sistem kontrol proses operasi untuk proses produksi yang bersifat kritis
Infrastuktur Kerja
dan Sistem Mobil Aspek-aspek keamanan yang relevan yang terfokus pada
konfigurasi dan penggunaan PC, PC kantor, laptop, PDA, dan
sistem workstation lainnya
Jaringan Data Aspek-aspek keamanan yang relevan dari arsitektur, konfigurasi, dan operasi jaringan
Infrastruktur
Keamanan
Teknologi
Informasi Aspek-aspek keamanan yang relevan dari arsitektur, konfigurasi, dan operasi anti virus, keamanan gateway
Perubahan Cabang Privat Aspek-aspek keamanan yang relevan dari arsitektur, konfigurasi, dan operasi perubahan cabang privat
Infrastruktur Fisik Konstruksi usaha perlindungan dari infrastruktur fisik dimana operasi teknologi informasi bernaung, ditambah dengan penyediaan perangkat teknologi informasi seperti power, AC, dan kabel
Kesadaran
Keamanan Adanya kesadaran keamanan yang sesuai dan sesuai pula
diantara user


















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Keamanan teknologi informasi banyak tidak diperhatikan karena beberapa hal berikut:
• permasalahan banyaknya biaya,
• dianggap menghabiskan biaya yang mahal,
• menghalangi pemakai melakukan pekerjaannya,
• menambah pekerjaan untuk administrasi teknologi informasi,
• dianggap hanya dibutuhkan untuk perusahaan besar.
Keamanan teknologi informasi perlu diperhatikan karena hal-hal berikut:
• di masa mendatang semua perusahaan akan menggunakan teknologi informasi
• di masa mendatang semua proses bergantung pada teknologi informasi
• persiapan perkembangan jaringan lokal maupun global
• teknologi informasi menjadi semakin kompleks
• sistem teknologi informasi menjadi terbuka (melalui internet dan akses secara
remote)

B. Saran
Demi keperluan perbaikan sistem teknologi informasi di masa mendatang maka sangat dibutuhkan proses SOP( Standar Operasional Prosedur¬) dan audit teknologi informasi demi keamanan dan kenyamanan penggunaan komputer.







DAFTAR PUSTAKA

[1] _________. 2005. IT Security Audit Material For Site Surveys in Critical
Infrastructures. Bundesamt fur Sicherheit in der Informationstechnik: Bonn,
Jerman.
[2] ________. 2008. Audit Teknologi Informasi, [html],
(http://id.wikipedia.org/wiki/Audit_IT , diakses tanggal 17 Desember 2008).
[3] Fasswald , Jan. 2004. Federal Court of Audit (Bundesrechnungshof), Audit Unit
IV 3. 2004: 2nd Seminar on IT-Audit September 1st to 4th, 2004 in Nanjing.
Bundesrechnungshof.
[4] Hone, Karin dan J.H.P. Eloff. 2001. Information Security Policy: What do
International Information Security Say?. Rand Afrikaans University.

More...